Profil Desa Ngerangan
Ketahui informasi secara rinci Desa Ngerangan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Ngerangan, Bayat, Klaten, sebagai sentra kerajinan gerabah kuno dan batik tulis yang khas. Mengungkap perpaduan harmonis antara seni, tradisi, pemberdayaan masyarakat, dan potensi besarnya sebagai desa wisata kreatif yang mempesona.
-
Sentra Kriya Ganda (Dual Crafts Center)
Identitas unik Desa Ngerangan terletak pada keberadaan dua industri kerajinan tangan yang kuat dan berakar sejarah secara bersamaan: gerabah (tembikar tanah liat) dan batik tulis.
-
Warisan Sejarah dan Kekayaan Alam
Kedua kerajinan unggulan ini berakar kuat pada sejarah panjang kawasan Bayat dan pemanfaatan sumber daya alam lokal (tanah liat berkualitas), menjadikannya produk budaya yang sangat otentik.
-
Pengembangan Desa Wisata Kreatif
Desa ini secara aktif mentransformasikan potensinya menjadi sebuah destinasi wisata kreatif, di mana pengunjung dapat berinteraksi, belajar, dan merasakan langsung proses penciptaan karya seni.
Di Desa Ngerangan, tangan-tangan warganya seolah menari dalam dua irama seni yang berbeda namun saling mengisi secara harmonis. Sebagian tangan menari lincah di atas putaran tanah liat, membentuk gerabah yang membumi dan fungsional. Sebagian lainnya menari dengan gemulai menggunakan canting berisi lilin panas, melukis corak-corak batik yang sarat makna di atas selembar kain. Desa yang berlokasi di perbukitan historis Bayat, Klaten ini adalah sebuah panggung besar bagi dua warisan adiluhung yang menjadi penopang utama kehidupan dan identitasnya.Desa Ngerangan bukan sekadar desa penghasil kerajinan; ia adalah sebuah ekosistem kreatif yang hidup. Di sini, tradisi kuno pembuatan gerabah yang diwariskan dari zaman pra-Mataram berpadu dengan kehalusan seni batik tulis yang terinspirasi dari kekayaan sejarah lokal. Perpaduan inilah yang kini menjadi fondasi bagi pengembangan desa menuju sebuah destinasi wisata kreatif yang unik dan berdaya saing. Profil ini akan membawa Anda menyelami lebih dalam bagaimana tanah dan canting menjadi sumber inspirasi dan kesejahteraan bagi masyarakat Desa Ngerangan.
Konteks Geografis dan Sejarah di Perbukitan Bayat
Desa Ngerangan terletak di Kecamatan Bayat, sebuah wilayah di Kabupaten Klaten yang memiliki karakteristik geografis dan historis yang khas. Berbeda dengan wilayah Klaten lainnya yang didominasi dataran rendah, Bayat dianugerahi kontur tanah perbukitan. Kondisi ini memberikan sumber daya alam spesifik berupa tanah liat berkualitas tinggi yang menjadi bahan baku utama kerajinan gerabah. Adapun batas-batas administratif Desa Ngerangan meliputi: di sebelah utara berbatasan dengan Desa Paseban, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Krakitan, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Jotangan, serta di sebelah timur berbatasan dengan Desa Kebon.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Klaten untuk tahun 2024, Desa Ngerangan memiliki luas wilayah 2,36 kilometer persegi atau 236 hektare. Lokasinya sangat strategis dalam konteks pariwisata regional, karena tidak jauh dari komplek makam Sunan Pandanaran (Sunan Bayat Tembayat), seorang tokoh Wali penyebar agama Islam yang sangat dihormati. Jejak sejarah dan spiritual yang kental di kawasan Bayat ini turut memberikan inspirasi dan "jiwa" pada motif-motif batik yang dikembangkan oleh para perajin di Ngerangan.
Demografi dan DNA Masyarakat Pengrajin
Menurut data kependudukan terbaru, Desa Ngerangan dihuni oleh 4.315 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.828 jiwa per kilometer persegi. Lebih dari sekadar angka, demografi Desa Ngerangan menunjukkan adanya "DNA" atau naluri sebagai masyarakat pengrajin yang telah terasah selama berabad-abad. Keahlian dalam mengolah tanah liat dan membatik bukanlah sesuatu yang dipelajari dari buku, melainkan diwariskan secara langsung dalam lingkungan keluarga dan komunitas.Hampir setiap keluarga di desa ini, dalam taraf yang berbeda-beda, memiliki keterkaitan dengan salah satu atau kedua industri kerajinan tersebut. Seorang suami mungkin bekerja di bengkel gerabah, sementara istrinya di rumah tekun membatik. Keterlibatan komunal ini menciptakan sebuah masyarakat yang produktif, kreatif dan memiliki ikatan sosial yang kuat berdasarkan profesi dan warisan budaya yang mereka emban bersama.
Dua Pilar Seni Kriya: Gerabah dan Batik Tulis
Kekuatan ekonomi dan identitas Desa Ngerangan ditopang oleh dua pilar industri kerajinan yang berjalan secara sinergis.Gerabah Ngerangan (Seni dari Tanah): Kerajinan gerabah di Bayat, termasuk di Ngerangan, memiliki akar sejarah yang sangat panjang. Proses pembuatannya masih banyak mempertahankan teknik-teknik tradisional yang memberikan karakter otentik pada setiap produknya. Dimulai dari pemilihan dan pengolahan tanah liat, proses pembentukan di atas alat putar (perbot), hingga tahap dekorasi dengan ukiran sederhana. Puncak dari proses ini adalah pembakaran yang seringkali masih menggunakan metode tradisional dengan tumpukan jerami dan sekam. Teknik pembakaran ini menghasilkan gradasi warna dan tekstur yang unik, mulai dari kemerahan hingga kehitaman, yang tidak bisa ditiru oleh oven modern. Produk yang dihasilkan sangat beragam, mencakup peralatan dapur fungsional seperti anglo (tungku arang), kendi (wadah air), wajan tanah liat, hingga produk dekoratif seperti vas, patung, dan hiasan dinding.Batik Tulis Ngerangan (Seni di Atas Kain): Di samping gerabah yang berkarakter kuat dan membumi, Ngerangan juga menjadi rumah bagi para perajin batik tulis yang halus. Batik dari Ngerangan mulai mengembangkan identitasnya sendiri dengan motif-motif khas yang terinspirasi dari lingkungan sekitar dan sejarah lokal. Misalnya, motif-motif yang berkaitan dengan legenda Sunan Pandanaran, atau motif yang menggambarkan kekayaan flora dan fauna perbukitan Bayat. Setiap lembar kain batik tulis merupakan sebuah karya seni personal yang melalui proses panjang dan meditatif, mulai dari menggambar pola, melukis dengan canting, pewarnaan, hingga pelorodan (penghilangan lilin). Kualitasnya sebagai batik tulis asli menjadikannya produk premium yang diminati oleh para kolektor dan pecinta wastra tradisional.
Langkah Menuju Desa Wisata Kreatif
Dengan modal dua industri kerajinan yang kuat, Desa Ngerangan secara sadar memposisikan diri sebagai Desa Wisata Kreatif. Konsep ini tidak hanya menjual produk jadi, tetapi juga pengalaman dan proses di baliknya. Berbagai galeri dan showroom kini mulai berdiri di sepanjang jalan desa, memamerkan karya-karya terbaik para perajin.Lebih dari itu, beberapa sanggar atau bengkel kerja membuka pintu mereka untuk para wisatawan. Pengunjung dapat melihat secara langsung bagaimana tanah liat dibentuk di atas alat putar, atau mencoba sendiri bagaimana rasanya memegang canting dan melukis di atas kain. Pengalaman interaktif ini (workshop) menjadi daya tarik utama yang memberikan nilai lebih bagi kunjungan mereka. Wisatawan tidak hanya membawa pulang oleh-oleh, tetapi juga pengetahuan, kenangan, dan apresiasi yang lebih dalam terhadap proses kreatif.
Peran Pemerintah Desa dan Prospek Ekonomi Kreatif
Pemerintah Desa Ngerangan memainkan peran aktif sebagai fasilitator dalam pengembangan potensi ini. Melalui BUMDes (Badan Usaha Milik Desa), berbagai program dijalankan untuk mendukung para perajin, seperti pemasaran kolektif, pengadaan bahan baku berkualitas, dan penyelenggaraan festival budaya dan pameran kerajinan. Pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata, seperti papan penunjuk arah, area parkir, dan pusat informasi, juga menjadi prioritas.Prospek ekonomi kreatif di Desa Ngerangan sangat cerah. Permintaan pasar domestik dan internasional akan produk handmade yang otentik dan memiliki cerita terus meningkat. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kualitas di tengah peningkatan permintaan, isu regenerasi perajin muda, serta persaingan dengan produk massal.Dengan kolaborasi yang solid antara para perajin, pemerintah desa, dan para pemangku kepentingan lainnya, Desa Ngerangan berpotensi besar untuk menjadi salah satu destinasi wisata kreatif unggulan di Jawa Tengah. Desa ini adalah bukti hidup bahwa warisan budaya bukanlah artefak masa lalu yang beku, melainkan sumber inspirasi dan kehidupan yang terus relevan dan dinamis.
